Paham Radikal atau Radikalisme dianggap berbahaya karena dapat memicu kegiatan atau sebuah aksi yang ekstrim dalam sebuah penolakan yang tidak sesuai dengan paham tersebut.
BEBERAPA waktu ini, dunia berita hangat mendiskusikan beberapa situs Islam yang ditutup pemerintah. Alasan penutupan itu, karena adanya temuan yang berbau radikal. Paham radikal atau radikalisme dianggap berbahaya karena dapat memicu kegiatan atau sebuah aksi yang ekstrim dalam sebuah penolakan yang tidak sesuai dengan paham tersebut.
Apa arti kata radikal? Dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata radikal mempunyai tiga arti. 1. Sampai pada hal yang menyangkut prinsip, dan sangat mendasar. 2. Sampai pada hal yang menyangkut prinsip, dan sangat mendasar. 3. Maju dalam berpikir dan bertindak.
Dari ketiga arti menurut KBBI ini, belum ada arti yang menjurus bahwa radikal adalah hal negatif. Fenomena radikalisme memang sangat kental dikaitkan dengan aksi terorisme. Ditambah dengan fakta bahwa aksi terorisme di Indonesia memang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku diri mereka sebagai Islam garis keras.
Jika dilihat dari sisi arti kata radikal itu sendiri, pemerintah sebaiknya melakukan penelitian lebih lanjut terhadap isi dari situs Islam yang ditutup, karena tidak selalu kata radikal mengandung sisi negatif yang mengarah pada hal yang berbau Islam atau pergerakan kelompok ekstrem. Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Berikut ini akan saya sampaikan enam faktor yang dapat menyulut dan memunculkan aksi terorisme-radikalisme. Mengingat Rasulullah saw. sangat mewanti-wanti umat Islam untuk tidak terjebak pada tindakan ekstremisme (at-tatharuf al-diniy), berlebihan (ghuluw), berpaham sempit (dhayyiq), kaku (tanathu'/rigid), dan keras (tasyaddud).
- Faktor Pemikiran. Merebaknya dua trend paham yang ada dalam masyarakat Islam, yang pertama menganggap bahwa agama merupakan penyebab kemunduran umat Islam sehingga jika umat ingin unggul dalam mengejar ketertinggalannya, maka ia harus melepaskan baju agama yang ia miliki saat ini. Pemikiran ini merupakan produk sekularisme yang secara filosofi antiagama.
- Faktor Ekonomi. Problem kemiskinan, pengangguran dan keterjepitan ekonomi dapat pula mengubah pola pikir seseorang dari yang sebelumnya baik, menjadi orang yang sangat kejam dan dapat melakukan apa saja, termasuk melakukan terror. Sangat tepat jika kita renungkan hadits nabi yang mengatakan, "Kaada al-Faqru an yakuuna Kufran". Hampir-hampir saja suatu kefakiran dapat menyeret orangnya kepada tindakan kekufuran. Bukankan tindakan membunuh, melukai, meledakkan diri, meneror suatu tindakan itu dekat dengan kekufuran?.
- Faktor Politik: Stabilitas politik yang diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan bagi rakyat adalah cita-cita semua negara. Kehadiran para pemimpin yang adil, berpihak pada rakyat, tidak semata hobi bertengkar dan menjamin kebebasan dan hak-hak rakyat, tentu akan melahirkan kebanggaan anak negeri untuk selalu membela dan memperjuangkan negaranya. Mereka akan sayang dan menjaga kehormatan negaranya baik dari dalam maupun dari luar.
- Faktor Pendidikan. Sekalipun pendidikan bukanlah faktor langsung yang dapat menyebabkan munculnya gerakan terorisme, akan tetapi dampak yang dihasilkan dari suatu pendidikan yang keliru juga sangat berbahaya. Pendidikan agama khususnya yang harus lebih diperhatikan. Ajaran agama yang mengajarkan toleransi, kesantunan, keramahan, membenci pengrusakan, dan menganjurkan persatuan tidak sering didengungkan.
Retorika pendidikan yang disuguhkan kepada umat lebih sering bernada mengejek daripada mengajak, lebih sering memukul daripada merangkul, lebih sering menghardik daripada mendidik. Lahirnya generasi umat yang merasa dirinya dan kelompoknyalah yang paling benar, sementara yang lain salah dan harus diperangi, adalah akibat sistem pendidikan kita yang salah. Sekolah-sekolah agama dipaksa untuk memasukkan kurikulum-kurikulum umum, sementara sekolah umum alergi memasukkan kurikulum agama.
Sosialisasi Bahaya Radikal
Beberapa hari lalu, ratusan pelajar Cianjur dari sejumlah SMA/ SMK/ MA mengikuti sosialisasi tentang bahaya radikal di Masjid Agung Cianjur. Paparan dari pihak berwenang seperti Kapolres Cianjur, MUI, Kesbang, dll., dimaksudkan sebagai pembekalan, informasi, dan ilmu bagi para pelajar sehingga kita tidak akan terjebak dalam hal radikalisme dengan dalih berjihad, padahal di belakangnya ada maksud tertentu yang bisa menyesatkan manusia ke dalam jalan yang batil.
Adapun yang menjadi motivasi adalah penyampaian Kapolres Cianjur. Ia mengutip perkataan Presiden pertama RI, Ir. Soekarno: "Berikanlah kepadaku seribu orang tua maka akan kugoncang Gunung Semeru, beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncang dunia."
Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cianjur Drs. K.H. Ahmad Yani mengatakan, di Indonesia terdapat 150 organisasi aliran sesat. Banyaknya organisasi sosial khususnya dalam bidang keagamaan yang berbagai macam sifatnya adalah penyesatan akidah, biasanya yang menjadi mangsanya ialah para pelajar dan mahasiswa.
Oleh karena itu khususnya para remaja yang rawan untuk dijadikan suatu bahan praktik radikal, hendaknya kita selaku remaja tidak terpengaruh tawaran-tawaran yang menggiurkan. Jika kita ditawari sesuatu hal yang berbau terorisme, sebaiknya melaporkan hal tersebut kepada pihak berwajib supaya negara kita terbebas dari aksi terosisme. Sebaiknya kita selaku pelajar selalu berbuat kebaikan dan menghasilkan kreativitas positif yang berarti untuk negeri kita Indonesia.
No comments:
Post a Comment